Butterfly effect

Cuaca hari ini bisa di bilang sangat cerah. Zia, gadis itu memasuki mobil ke kasihnya dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

“Pagi, kamu udah sarapan belum?” Tanyanya sembari memasangkan seat belt.

“udah, sama roti.” ucapnya dan dibalas anggukan oleh Zia.

Mereka berdua menikmati perjalan saat ini, berbincang hal-hal random satu sama lain, bernyanyi saat lagu kesukaan mereka berdua diputar, dan masih banyak lagi.

Mobil pun behenti di lampu merah.

“Zia” Panggil Fariz, yang dipanggil pun menoleh.

”apaa”

”cantik” pujinya, dan lampu merah pun sudah berubah menjadi lampu hijau, yang tandanya Fariz harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Satu kata yang terlontar dari mulut Fariz membuat Zia tak karuan, pipinya sekarang memerah, seperti orang yang sudah berlari 100 putaran.

”bisa-bisanya tu cowo muji, jantung gue kaya mau lompat keluar” gumamnya dalam hati

”nahh sampe” ucap Fariz yang memecah keheningan semenjak kejadian tersebut.

Mereka berdua turun dari mobil, Fariz pun berjalan kearah Zia, menyamakan jalannya dengan gadis itu.

Dengan pelan-pelan tapi pasti, Fariz mengandeng tangan Zia.

Fariz mengangkat tangan Zia yang sedang ia gandeng dan tersenyum manis dihadapan gadis itu.

”kalau aku gandeng gini, boleh ga”

Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, rasanya Zia mau menghilang saja, karena pipinya pasti sudah merona kembali.

Fariz terkekeh. ”kamu kalau lagi salting lucu, kaya kepiting rebus”

Zia memukul pelan tangan lelaki itu, menandakan dia sudah bingung harus menjawab apa lagi.

——

”Ziiii, bawanya jangan cepet-cepet nanti jatoh” himbau Fariz

”gaakan wlee, kita harus balapan, gamau tau” ucap Zia yang sudah berlaju cepat di depan Fariz

Fariz mempercepat laju golesat yang sekarang ia kendarai, sampai akhirnya dia bisa bersebelahan dengan golesat Zia.

”emang kalau menang, aku dapet apa” tanyanya

”dapet kiss”, selepas itu Zia melaju lebih cepat dan langsung disusul oleh Fariz

”gila, gue mau dicium? Harus menang pokonya” gumamnya

Sampai akhirnya yang sampai ke tempat tujuan lebih awal adalah Fariz. Ia langsung menghampiri Zia dengan senyum yang sumringah.

”aciee, menangg”

”iya dong harus menang, kan katanya mau dapet kiss”

”ohhiya kiss, sini”

Fariz mendekati gadis itu. Ia tepat berdiri dihapannya menutup matanya, ”ini gue mau di kiss dimana ya, aduh gue deg-deg an” gumamnya dalam hati.

Zia terkekeh melihat Fariz menutup mata. ”mau, kanan apa kiri”

”ohhh, mau di pipi, kanan apa kiri ya, kanan aja deh” gumamnya dalam hati kembali

”kanann”. ucapnya dengan penuh semangat

”widihh, semangat banget pak, haha”. ucap Zia lalu terkekeh

Zia menarik tangan Fariz yang sebelah kanan, dan menyimpan sebuah permen kiss ke tangannya.

”eh, ini ga jadi dicium” batinnya

”ngapain tutup mata”

Fariz membuka matanya, dan mentap kosong kearah permen kiss yang ia pegang saat ini.

”kok diem aja, tadi semangat, gasuka rasa cherry ya?” tanyanya polos

Pertanyaan Zia, membuat Fariz menatapanya lalu tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

*”ngga, aku su-suka kok” ucapnya dengan ragu

Zia menatap Lelaki itu dengan intens. ”hayo, kamu mikirnya apaan”

”ngga mikir apa-apa juga dih, jangan so tauuu” ucapnya sembari menyubit hidung Zia.

”ihhhhh farizz jangan cubit-cubit” balasnya dan langsung menyusul Fariz yang sudah berjalan lebih dahulu.

Hari ini adalah momen yang tidak akan mereka lupakan untuk selamanya.