Selalu sama aku ya?
Semua orang yang berada diruangan ini menatap kearah pintu masuk yang sedang terbuka lebar. Disana ada seorang gadis cantik bergaun biru berjalan menghampiri kepala sekolah untuk mengambil mendali kelulusannya.
“Zia Sabella, selamat atas kelulusannya.” ucap kepala sekolah, dan di balas seyuman manis olehnya
Zia berjalan kearah meja bundar yang berada di samping panggung. Ia menghampiri keluarganya dan juga keluarga Fariz.
“Akhirnya, kalian berdua lulus ya.” Ucap seorang wanita paruh baya yakni ibundanya Fariz
Mereka hanya membalas dengan senyuman, dan melempar tatap satu sama lain.
Fariz mendekatkan dirinya kepada Zia. “Kamu hari ini cantik banget”
Zia melotot kaget. “Aduh muka gue pasti udah merah” batinnya
“Cie salting”
*“Ngga ya, sotauuu, ini mah makeup huhh”*
Fariz meletakan kedua tanganya di wajahnya dan memegang pipinya.
“Mana, sini aku liat”
“Ihhh, bubbb lepasinnn maluu”
Fariz terkekeh. “Ikut aku yu, ke luar sebentar”
Mereka bedua meninggalkan ruangan tersebut.
—-
Fariz menuntun Zia kearah mobilnya, setelah sampai disana ia membuka bagasi belakang mobilnya.
“Tadaa, ini buat kamu.” ucapnya sembari mengeluarkan sebuah bucket bunga mawar merah yang begitu besar
Zia sumringah. “Buat aku? Beneran buat aku?”
Fariz menganggukan kepala sebagai balasannya. Ia mendekatkan dirinya ke Zia.
“Zia, makasih ya? Udah mau nerima aku sebagai pacar kamu, selalu sabar ngadepin aku yang mungkin aga ke—kanak kanakan, selalu sama aku ya, Zi?”
Mata Zia sekarang sudah berkaca-kaca, sepertinya ia akan menangis untuk kedua kalinya pada hari ini.
“Farizzzz, aku yang harusnya makasi ke kamu, makasii ya riz, udah mau nerima aku apa adanya dan udah ngertiin aku selama ini. Sampe kamu harus nunggu 3 tahun buat nembak aku” ucapnya sembari terkekeh
Fariz membuka tanganya lebar-lebar, yang artinya dia akan memberikan pelukan istimewa untuk Zia.
Zia yang melihat hal itu, langsung berjalan kearahnya, dan memeluknya dengan erat.
Pelukannya hangat, sampai mereka berdua pun enggan untuk melepasnya
“Sampai kapan—pun, kamu bakal jadj cinta pertama dan terakhir ku, Zi”
Setelah itu mereka menatap satu sama lain, tatapan penuh kasih sayang. Dan Fariz mengandeng kembali tangan Zia untuk masuk kembali ke dalam gedung.