Soulmate #78
Fariz kembali ke tempat itu dengan membawa sekantong plastik putih, yang tidak tau isinya apa.
“izz, habisin makanannya”, seru Fariz, dan langsung diberi tatapan sinis oleh adiknya.
“sini kaka suapin, mau ga?”tawar Zia dan diangguki oleh adiknya Fariz.
Fariz memasang wajah kesal “bisa-bisanya tu anak menang banyak” batinnya.
setelah acara makan pecel lele selesai, mereka sedikit berbincang sebelum pulang, dan akhirnya mereka kembali ke mobil setelah Fariz membayar semua makanan.
“Abang, Faiz ngantukkk, gaada bantalllllll”
Zia yang melihat adiknya ingin tidur, langsung menawarkan dirinya untuk dijadikan bantal oleh Faiz.
“Faiz, sini dipangku sama kaka”, serunya dan langsung mengulurkan tangannya.
Faiz tertidur lelap dipangkuan Zia, dan setiap kali Zia mengusap kepala adiknya, Fariz selalu memperhatikannya diam-diam.
*“kenapa senyum-senyum?” tanya Zia dengan suara pelan
Fariz yang ketahuan memperhatikan Zia sedari tadi hanya bisa membalas pertanyaanya dengan senyuman manis.
Sebelum turun, Zia menggendong Faiz untuk dipindahkan di belakang, dan kembali kedepan mengambil tasnya.
“rizz, makasii yaa” ucap Zia sembari tersenyum
Fariz menjawab dengan anggukan dan tersenyum manis, dan ia sebelum pergi melambaikan tangannya sembari membunyikan klakson mobil sebanyak tiga kali.
Setelah mobil Fariz hilang dari pandangan Zia, ia masuk kedalam rumahnya.
“gua harus cepetan tembak Zia, sebelum diambil orang” ucap Fariz sembari mengemudi mobilnya ke arah jalan pulang.