diaryriell

Halooo semuanya!

Pertama-tama aku mau mengucapkan terimakasih banyak buat kalian yang udah nyempetin waktunya untuk membaca au Soulmate. Aku bener-bener berterimakasih banyak buat kalian yang udah kasih aku feedback selama menulis au ini, entah berupa qrt, dm, cc dan like. Asli ga expect banyak yang baca 😭.

Aku berharap cerita ini berkesan di kalian ya. Sampai ketemu lagi di cerita selanjutnya, bye bye! <3

Salam manis,

Riell.

Halooo semuanya!

Pertama-tama aku mau mengucapkan terimakasih banyak buat kalian yang udah nyempetin waktunya untuk membaca au Soulmate. Aku bener-bener berterimakasih banyak buat kalian yang udah kasih aku feedback selama menulis au ini, entah berupa qrt, dm, cc dan like. Asli ga expect banyak yang baca 😭.

Aku berharap cerita ini berkesan di kalian ya. Sampai ketemu lagi di cerita selamjutnya, bye bye!

Salam manis,

Riell.

Halooo semuanya!

Pertama-tama aku mau mengucapkan terimakasih banyak buat kalian yang udah nyempetin waktunya membaca au Soulmate. Aku bener-bener berterimakasih banyak buat kalian yang udah kasih aku feedback selama menulis au ini, entah berupa qrt, dm, cc dan like. Asli ga expect banyak yang baca 😭.

Aku berharap cerita ini berkesan di kalian ya. Sampai ketemu lagi di cerita selamjutnya, bye bye!

Salam manis,

Riell.

Selalu sama aku ya?

Semua orang yang berada diruangan ini menatap kearah pintu masuk yang sedang terbuka lebar. Disana ada seorang gadis cantik bergaun biru berjalan menghampiri kepala sekolah untuk mengambil mendali kelulusannya.

“Zia Sabella, selamat atas kelulusannya.” ucap kepala sekolah, dan di balas seyuman manis olehnya

Zia berjalan kearah meja bundar yang berada di samping panggung. Ia menghampiri keluarganya dan juga keluarga Fariz.

“Akhirnya, kalian berdua lulus ya.” Ucap seorang wanita paruh baya yakni ibundanya Fariz

Mereka hanya membalas dengan senyuman, dan melempar tatap satu sama lain.

Fariz mendekatkan dirinya kepada Zia. “Kamu hari ini cantik banget”

Zia melotot kaget. “Aduh muka gue pasti udah merah” batinnya

“Cie salting”

*“Ngga ya, sotauuu, ini mah makeup huhh”*

Fariz meletakan kedua tanganya di wajahnya dan memegang pipinya.

“Mana, sini aku liat”

“Ihhh, bubbb lepasinnn maluu”

Fariz terkekeh. “Ikut aku yu, ke luar sebentar”

Mereka bedua meninggalkan ruangan tersebut.

—-

Fariz menuntun Zia kearah mobilnya, setelah sampai disana ia membuka bagasi belakang mobilnya.

“Tadaa, ini buat kamu.” ucapnya sembari mengeluarkan sebuah bucket bunga mawar merah yang begitu besar

Zia sumringah. “Buat aku? Beneran buat aku?”

Fariz menganggukan kepala sebagai balasannya. Ia mendekatkan dirinya ke Zia.

“Zia, makasih ya? Udah mau nerima aku sebagai pacar kamu, selalu sabar ngadepin aku yang mungkin aga ke—kanak kanakan, selalu sama aku ya, Zi?”

Mata Zia sekarang sudah berkaca-kaca, sepertinya ia akan menangis untuk kedua kalinya pada hari ini.

“Farizzzz, aku yang harusnya makasi ke kamu, makasii ya riz, udah mau nerima aku apa adanya dan udah ngertiin aku selama ini. Sampe kamu harus nunggu 3 tahun buat nembak aku” ucapnya sembari terkekeh

Fariz membuka tanganya lebar-lebar, yang artinya dia akan memberikan pelukan istimewa untuk Zia.

Zia yang melihat hal itu, langsung berjalan kearahnya, dan memeluknya dengan erat.

Pelukannya hangat, sampai mereka berdua pun enggan untuk melepasnya

“Sampai kapan—pun, kamu bakal jadi cinta pertama dan terakhir ku, Zi”

Setelah itu mereka menatap satu sama lain, tatapan penuh kasih sayang. Dan Fariz mengandeng kembali tangan Zia untuk masuk kembali ke dalam gedung.

Selalu sama aku ya?

Semua orang yang berada diruangan ini menatap kearah pintu masuk yang sedang terbuka lebar. Disana ada seorang gadis cantik bergaun biru berjalan menghampiri kepala sekolah untuk mengambil mendali kelulusannya.

“Zia Sabella, selamat atas kelulusannya.” ucap kepala sekolah, dan di balas seyuman manis olehnya

Zia berjalan kearah meja bundar yang berada di samping panggung. Ia menghampiri keluarganya dan juga keluarga Fariz.

“Akhirnya, kalian berdua lulus ya.” Ucap seorang wanita paruh baya yakni ibundanya Fariz

Mereka hanya membalas dengan senyuman, dan melempar tatap satu sama lain.

Fariz mendekatkan dirinya kepada Zia. “Kamu hari ini cantik banget”

Zia melotot kaget. “Aduh muka gue pasti udah merah” batinnya

“Cie salting”

*“Ngga ya, sotauuu, ini mah makeup huhh”*

Fariz meletakan kedua tanganya di wajahnya dan memegang pipinya.

“Mana, sini aku liat”

“Ihhh, bubbb lepasinnn maluu”

Fariz terkekeh. “Ikut aku yu, ke luar sebentar”

Mereka bedua meninggalkan ruangan tersebut.

—-

Fariz menuntun Zia kearah mobilnya, setelah sampai disana ia membuka bagasi belakang mobilnya.

“Tadaa, ini buat kamu.” ucapnya sembari mengeluarkan sebuah bucket bunga mawar merah yang begitu besar

Zia sumringah. “Buat aku? Beneran buat aku?”

Fariz menganggukan kepala sebagai balasannya. Ia mendekatkan dirinya ke Zia.

“Zia, makasih ya? Udah mau nerima aku sebagai pacar kamu, selalu sabar ngadepin aku yang mungkin aga ke—kanak kanakan, selalu sama aku ya, Zi?”

Mata Zia sekarang sudah berkaca-kaca, sepertinya ia akan menangis untuk kedua kalinya pada hari ini.

“Farizzzz, aku yang harusnya makasi ke kamu, makasii ya riz, udah mau nerima aku apa adanya dan udah ngertiin aku selama ini. Sampe kamu harus nunggu 3 tahun buat nembak aku” ucapnya sembari terkekeh

Fariz membuka tanganya lebar-lebar, yang artinya dia akan memberikan pelukan istimewa untuk Zia.

Zia yang melihat hal itu, langsung berjalan kearahnya, dan memeluknya dengan erat.

Pelukannya hangat, sampai mereka berdua pun enggan untuk melepasnya

“Sampai kapan—pun, kamu bakal jadj cinta pertama dan terakhir ku, Zi”

Setelah itu mereka menatap satu sama lain, tatapan penuh kasih sayang. Dan Fariz mengandeng kembali tangan Zia untuk masuk kembali ke dalam gedung.

Selalu sama aku ya?

Semua orang yang berada diruangan ini menatap kearah pintu masuk yang sedang terbuka lebar. Disana ada seorang gadis cantik bergaun biru berjalan menghampiri kepala sekolah untuk mengambil mendali kelulusannya.

“Zia Sabella, selamat atas kelulusannya.” ucap kepala sekolah, dan di balas seyuman manis olehnya

Zia berjalan kearah meja bundar yang berada di samping panggung. Ia menghampiri keluarganya dan juga keluarga Fariz.

*“Akhirnya, kalian berdua lulus ya.” Ucap seorang wanita paruh baya yakni ibundanya Fariz

Mereka hanya membalas dengan senyuman, dan melempar tatap satu sama lain.

Fariz mendekatkan dirinya kepada Zia. “Kamu hari ini cantik banget”

Zia melotot kaget. “Aduh muka gue pasti udah merah” batinnya

“Cie salting”

*“Ngga ya, sotauuu, ini mah makeup huhh”*

Fariz meletakan kedua tanganya di wajahnya dan memegang pipinya.

“Mana, sini aku liat”

“Ihhh, bubbb lepasinnn maluu”

Fariz terkekeh. “Ikut aku yu, ke luar sebentar”

Mereka bedua meninggalkan ruangan tersebut.

—-

Fariz menuntun Zia kearah mobilnya, setelah sampai disana ia membuka bagasi belakang mobilnya.

“Tadaa, ini buat kamu.” ucapnya sembari mengeluarkan sebuah bucket bunga mawar merah yang begitu besar

Zia sumringah. “Buat aku? Beneran buat aku?”

Fariz menganggukan kepala sebagai balasannya. Ia mendekatkan dirinya ke Zia.

“Zia, makasih ya? Udah mau nerima aku sebagai pacar kamu, selalu sabar ngadepin aku yang mungkin aga ke—kanak kanakan, selalu sama aku ya, Zi?”

Mata Zia sekarang sudah berkaca-kaca, sepertinya ia akan menangis untuk kedua kalinya pada hari ini.

“Farizzzz, aku yang harusnya makasi ke kamu, makasii ya riz, udah mau nerima aku apa adanya dan udah ngertiin aku selama ini. Sampe kamu harus nunggu 3 tahun buat nembak aku” ucapnya sembari terkekeh

Fariz membuka tanganya lebar-lebar, yang artinya dia akan memberikan pelukan istimewa untuk Zia.

Zia yang melihat hal itu, langsung berjalan kearahnya, dan memeluknya dengan erat.

Pelukannya hangat, sampai mereka berdua pun enggan untuk melepasnya

“Sampai kapan—pun, kamu bakal jadj cinta pertama dan terakhir ku, Zi”

Setelah itu mereka menatap satu sama lain, tatapan penuh kasih sayang. Dan Fariz mengandeng kembali tangan Zia untuk masuk kembali ke dalam gedung.

Butterfly effect

Cuaca hari ini bisa di bilang sangat cerah. Zia, gadis itu memasuki mobil ke kasihnya dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

“Pagi, kamu udah sarapan belum?” Tanyanya sembari memasangkan seat belt.

“udah, sama roti.” balasnya dan diangguki oleh Zia.

Mereka berdua menikmati perjalan saat ini, berbincang hal-hal random satu sama lain, bernyanyi saat lagu kesukaan mereka berdua diputar, dan masih banyak lagi.

Mobil pun behenti di lampu merah.

“Zia” Panggil Fariz, yang dipanggil pun menoleh.

“apaa”

“cantik” pujinya, dan lampu merah pun sudah berubah menjadi lampu hijau, yang tandanya Fariz harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Satu kata yang terlontar dari mulut Fariz membuat Zia tak karuan, pipinya sekarang memerah, seperti orang yang sudah berlari 100 putaran.

“bisa-bisanya tu cowo muji, jantung gue kaya mau lompat keluar” gumamnya dalam hati

“nahh sampe” ucap Fariz yang memecah keheningan semenjak kejadian tersebut.

Mereka berdua turun dari mobil, Fariz pun berjalan kearah Zia, menyamakan jalannya dengan gadis itu.

Dengan pelan-pelan tapi pasti, Fariz mengandeng tangan Zia.

Fariz mengangkat tangan Zia yang sedang ia gandeng dan tersenyum manis dihadapan gadis itu.

“kalau aku gandeng gini, boleh ga”

Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, rasanya Zia mau menghilang saja, karena pipinya pasti sudah merona kembali.

Fariz terkekeh. “kamu kalau lagi salting lucu, kaya kepiting rebus”

Zia memukul pelan tangan lelaki itu, menandakan dia sudah bingung harus menjawab apa lagi.

———

“Ziiii, bawanya jangan cepet-cepet nanti jatoh” himbau Fariz

“gaakan wlee, kita harus balapan, gamau tau” ucap Zia yang sudah berlaju cepat di depan Fariz

Fariz mempercepat laju golesat yang sekarang ia kendarai, sampai akhirnya dia bisa bersebelahan dengan golesat Zia.

“emang kalau menang, aku dapet apa” tanyanya

“dapet kiss”, selepas itu Zia melaju lebih cepat dan langsung disusul oleh Fariz

“gila, gue mau dicium? Harus menang pokonya” gumamnya

Sampai akhirnya yang sampai ke tempat tujuan lebih awal adalah Fariz. Ia langsung menghampiri Zia dengan senyum yang sumringah.

“aciee, menangg”

“iya dong harus menang, kan katanya mau dapet kiss”

“ohhiya kiss, sini”

Fariz mendekati gadis itu. Ia tepat berdiri dihapannya menutup matanya, “ini gue mau di kiss dimana ya, aduh gue deg-deg an” gumamnya dalam hati.

Zia terkekeh melihat Fariz menutup mata. “mau, kanan apa kiri”

“ohhh, mau di pipi, kanan apa kiri ya, kanan aja deh” gumamnya dalam hati kembali

“kanann”. ucapnya dengan penuh semangat

“widihh, semangat banget pak, haha”. ucap Zia lalu terkekeh

Zia menarik tangan Fariz yang sebelah kanan, dan menyimpan sebuah permen kiss ke tangannya.

“eh, ini ga jadi dicium” batinnya

“ngapain tutup mata kamu”

Fariz membuka matanya, dan menatap kosong kearah permen kiss yang ia pegang saat ini.

“kok diem aja, tadi semangat, gasuka rasa cherry ya?” tanyanya polos

Pertanyaan Zia, membuat Fariz menatapanya lalu tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“ngga, aku su-suka kok” ucapnya dengan ragu

Zia menatap Lelaki itu dengan intens. “hayo, kamu mikirnya apaan”

“ngga mikir apa-apa juga dih, jangan so tauuu” ucapnya sembari menyubit hidung Zia.

“ihhhhh farizz jangan cubit-cubit” balasnya dan langsung menyusul Fariz yang sudah berjalan lebih dahulu.

Hari ini adalah momen yang tidak akan mereka lupakan untuk selamanya.

Butterfly effect

Cuaca hari ini bisa di bilang sangat cerah. Zia, gadis itu memasuki mobil ke kasihnya dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

“Pagi, kamu udah sarapan belum?” Tanyanya sembari memasangkan seat belt.

“udah, sama roti.” balasnya dan diangguki oleh Zia.

Mereka berdua menikmati perjalan saat ini, berbincang hal-hal random satu sama lain, bernyanyi saat lagu kesukaan mereka berdua diputar, dan masih banyak lagi.

Mobil pun behenti di lampu merah.

“Zia” Panggil Fariz, yang dipanggil pun menoleh.

“apaa”

“cantik” pujinya, dan lampu merah pun sudah berubah menjadi lampu hijau, yang tandanya Fariz harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Satu kata yang terlontar dari mulut Fariz membuat Zia tak karuan, pipinya sekarang memerah, seperti orang yang sudah berlari 100 putaran.

“bisa-bisanya tu cowo muji, jantung gue kaya mau lompat keluar” gumamnya dalam hati

“nahh sampe” ucap Fariz yang memecah keheningan semenjak kejadian tersebut.

Mereka berdua turun dari mobil, Fariz pun berjalan kearah Zia, menyamakan jalannya dengan gadis itu.

Dengan pelan-pelan tapi pasti, Fariz mengandeng tangan Zia.

Fariz mengangkat tangan Zia yang sedang ia gandeng dan tersenyum manis dihadapan gadis itu.

“kalau aku gandeng gini, boleh ga”

Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, rasanya Zia mau menghilang saja, karena pipinya pasti sudah merona kembali.

Fariz terkekeh. “kamu kalau lagi salting lucu, kaya kepiting rebus”

Zia memukul pelan tangan lelaki itu, menandakan dia sudah bingung harus menjawab apa lagi.

——

“Ziiii, bawanya jangan cepet-cepet nanti jatoh” himbau Fariz

“gaakan wlee, kita harus balapan, gamau tau” ucap Zia yang sudah berlaju cepat di depan Fariz

Fariz mempercepat laju golesat yang sekarang ia kendarai, sampai akhirnya dia bisa bersebelahan dengan golesat Zia.

“emang kalau menang, aku dapet apa” tanyanya

“dapet kiss”, selepas itu Zia melaju lebih cepat dan langsung disusul oleh Fariz

“gila, gue mau dicium? Harus menang pokonya” gumamnya

Sampai akhirnya yang sampai ke tempat tujuan lebih awal adalah Fariz. Ia langsung menghampiri Zia dengan senyum yang sumringah.

“aciee, menangg”

“iya dong harus menang, kan katanya mau dapet kiss”

“ohhiya kiss, sini”

Fariz mendekati gadis itu. Ia tepat berdiri dihapannya menutup matanya, “ini gue mau di kiss dimana ya, aduh gue deg-deg an” gumamnya dalam hati.

Zia terkekeh melihat Fariz menutup mata. “mau, kanan apa kiri”

“ohhh, mau di pipi, kanan apa kiri ya, kanan aja deh” gumamnya dalam hati kembali

“kanann”. ucapnya dengan penuh semangat

“widihh, semangat banget pak, haha”. ucap Zia lalu terkekeh

Zia menarik tangan Fariz yang sebelah kanan, dan menyimpan sebuah permen kiss ke tangannya.

“eh, ini ga jadi dicium” batinnya

“ngapain tutup mata kamu”

Fariz membuka matanya, dan menatap kosong kearah permen kiss yang ia pegang saat ini.

“kok diem aja, tadi semangat, gasuka rasa cherry ya?” tanyanya polos

Pertanyaan Zia, membuat Fariz menatapanya lalu tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“ngga, aku su-suka kok” ucapnya dengan ragu

Zia menatap Lelaki itu dengan intens. “hayo, kamu mikirnya apaan”

“ngga mikir apa-apa juga dih, jangan so tauuu” ucapnya sembari menyubit hidung Zia.

“ihhhhh farizz jangan cubit-cubit” balasnya dan langsung menyusul Fariz yang sudah berjalan lebih dahulu.

Hari ini adalah momen yang tidak akan mereka lupakan untuk selamanya.

Butterfly effect

Cuaca hari ini bisa di bilang sangat cerah. Zia, gadis itu memasuki mobil ke kasihnya dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

“Pagi, kamu udah sarapan belum?” Tanyanya sembari memasangkan seat belt.

“udah, sama roti.” balasnya dan diangguki oleh Zia.

Mereka berdua menikmati perjalan saat ini, berbincang hal-hal random satu sama lain, bernyanyi saat lagu kesukaan mereka berdua diputar, dan masih banyak lagi.

Mobil pun behenti di lampu merah.

“Zia” Panggil Fariz, yang dipanggil pun menoleh.

“apaa”

“cantik” pujinya, dan lampu merah pun sudah berubah menjadi lampu hijau, yang tandanya Fariz harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Satu kata yang terlontar dari mulut Fariz membuat Zia tak karuan, pipinya sekarang memerah, seperti orang yang sudah berlari 100 putaran.

“bisa-bisanya tu cowo muji, jantung gue kaya mau lompat keluar” gumamnya dalam hati

“nahh sampe” ucap Fariz yang memecah keheningan semenjak kejadian tersebut.

Mereka berdua turun dari mobil, Fariz pun berjalan kearah Zia, menyamakan jalannya dengan gadis itu.

Dengan pelan-pelan tapi pasti, Fariz mengandeng tangan Zia.

Fariz mengangkat tangan Zia yang sedang ia gandeng dan tersenyum manis dihadapan gadis itu.

“kalau aku gandeng gini, boleh ga”

Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, rasanya Zia mau menghilang saja, karena pipinya pasti sudah merona kembali.

Fariz terkekeh. “kamu kalau lagi salting lucu, kaya kepiting rebus”

Zia memukul pelan tangan lelaki itu, menandakan dia sudah bingung harus menjawab apa lagi.

——

“Ziiii, bawanya jangan cepet-cepet nanti jatoh” himbau Fariz

“gaakan wlee, kita harus balapan, gamau tau” ucap Zia yang sudah berlaju cepat di depan Fariz

Fariz mempercepat laju golesat yang sekarang ia kendarai, sampai akhirnya dia bisa bersebelahan dengan golesat Zia.

“emang kalau menang, aku dapet apa” tanyanya

“dapet kiss”, selepas itu Zia melaju lebih cepat dan langsung disusul oleh Fariz

“gila, gue mau dicium? Harus menang pokonya” gumamnya

Sampai akhirnya yang sampai ke tempat tujuan lebih awal adalah Fariz. Ia langsung menghampiri Zia dengan senyum yang sumringah.

“aciee, menangg”

“iya dong harus menang, kan katanya mau dapet kiss”

“ohhiya kiss, sini”

Fariz mendekati gadis itu. Ia tepat berdiri dihapannya menutup matanya, “ini gue mau di kiss dimana ya, aduh gue deg-deg an” gumamnya dalam hati.

Zia terkekeh melihat Fariz menutup mata. “mau, kanan apa kiri”

“ohhh, mau di pipi, kanan apa kiri ya, kanan aja deh” gumamnya dalam hati kembali

“kanann”. ucapnya dengan penuh semangat

“widihh, semangat banget pak, haha”. ucap Zia lalu terkekeh

Zia menarik tangan Fariz yang sebelah kanan, dan menyimpan sebuah permen kiss ke tangannya.

“eh, ini ga jadi dicium” batinnya

“ngapain tutup mata kamu”

Fariz membuka matanya, dan menatap kosong kearah permen kiss yang ia pegang saat ini.

“kok diem aja, tadi semangat, gasuka rasa cherry ya?” tanyanya polos

Pertanyaan Zia, membuat Fariz menatapanya lalu tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

*“ngga, aku su-suka kok” ucapnya dengan ragu

Zia menatap Lelaki itu dengan intens. “hayo, kamu mikirnya apaan”

“ngga mikir apa-apa juga dih, jangan so tauuu” ucapnya sembari menyubit hidung Zia.

“ihhhhh farizz jangan cubit-cubit” balasnya dan langsung menyusul Fariz yang sudah berjalan lebih dahulu.

Hari ini adalah momen yang tidak akan mereka lupakan untuk selamanya.

Butterfly effect

Cuaca hari ini bisa di bilang sangat cerah. Zia, gadis itu memasuki mobil ke kasihnya dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

“Pagi, kamu udah sarapan belum?” Tanyanya sembari memasangkan seat belt.

“udah, sama roti.” ucapnya dan dibalas anggukan oleh Zia.

Mereka berdua menikmati perjalan saat ini, berbincang hal-hal random satu sama lain, bernyanyi saat lagu kesukaan mereka berdua diputar, dan masih banyak lagi.

Mobil pun behenti di lampu merah.

“Zia” Panggil Fariz, yang dipanggil pun menoleh.

”apaa”

”cantik” pujinya, dan lampu merah pun sudah berubah menjadi lampu hijau, yang tandanya Fariz harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Satu kata yang terlontar dari mulut Fariz membuat Zia tak karuan, pipinya sekarang memerah, seperti orang yang sudah berlari 100 putaran.

”bisa-bisanya tu cowo muji, jantung gue kaya mau lompat keluar” gumamnya dalam hati

”nahh sampe” ucap Fariz yang memecah keheningan semenjak kejadian tersebut.

Mereka berdua turun dari mobil, Fariz pun berjalan kearah Zia, menyamakan jalannya dengan gadis itu.

Dengan pelan-pelan tapi pasti, Fariz mengandeng tangan Zia.

Fariz mengangkat tangan Zia yang sedang ia gandeng dan tersenyum manis dihadapan gadis itu.

”kalau aku gandeng gini, boleh ga”

Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, rasanya Zia mau menghilang saja, karena pipinya pasti sudah merona kembali.

Fariz terkekeh. ”kamu kalau lagi salting lucu, kaya kepiting rebus”

Zia memukul pelan tangan lelaki itu, menandakan dia sudah bingung harus menjawab apa lagi.

——

”Ziiii, bawanya jangan cepet-cepet nanti jatoh” himbau Fariz

”gaakan wlee, kita harus balapan, gamau tau” ucap Zia yang sudah berlaju cepat di depan Fariz

Fariz mempercepat laju golesat yang sekarang ia kendarai, sampai akhirnya dia bisa bersebelahan dengan golesat Zia.

”emang kalau menang, aku dapet apa” tanyanya

”dapet kiss”, selepas itu Zia melaju lebih cepat dan langsung disusul oleh Fariz

”gila, gue mau dicium? Harus menang pokonya” gumamnya

Sampai akhirnya yang sampai ke tempat tujuan lebih awal adalah Fariz. Ia langsung menghampiri Zia dengan senyum yang sumringah.

”aciee, menangg”

”iya dong harus menang, kan katanya mau dapet kiss”

”ohhiya kiss, sini”

Fariz mendekati gadis itu. Ia tepat berdiri dihapannya menutup matanya, ”ini gue mau di kiss dimana ya, aduh gue deg-deg an” gumamnya dalam hati.

Zia terkekeh melihat Fariz menutup mata. ”mau, kanan apa kiri”

”ohhh, mau di pipi, kanan apa kiri ya, kanan aja deh” gumamnya dalam hati kembali

”kanann”. ucapnya dengan penuh semangat

”widihh, semangat banget pak, haha”. ucap Zia lalu terkekeh

Zia menarik tangan Fariz yang sebelah kanan, dan menyimpan sebuah permen kiss ke tangannya.

”eh, ini ga jadi dicium” batinnya

”ngapain tutup mata”

Fariz membuka matanya, dan mentap kosong kearah permen kiss yang ia pegang saat ini.

”kok diem aja, tadi semangat, gasuka rasa cherry ya?” tanyanya polos

Pertanyaan Zia, membuat Fariz menatapanya lalu tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

*”ngga, aku su-suka kok” ucapnya dengan ragu

Zia menatap Lelaki itu dengan intens. ”hayo, kamu mikirnya apaan”

”ngga mikir apa-apa juga dih, jangan so tauuu” ucapnya sembari menyubit hidung Zia.

”ihhhhh farizz jangan cubit-cubit” balasnya dan langsung menyusul Fariz yang sudah berjalan lebih dahulu.

Hari ini adalah momen yang tidak akan mereka lupakan untuk selamanya.