diaryriell

Soulmate #96

“udah nunggu daritadi?”, tanya Zia sambil memakai helm.

“ngga ko, baru dateng”, ucapnya dan nyatanya dia sudah berada di depan rumah Zia sejak setengah jam yang lalu.

suasana malam ini sangat indah, udara malamnya pun mendukung, mereka berdua berbincang satu sama lain walau tidak terdengar begitu jelas.


“Zia, boleh tutup matanya dulu bentar?”

“ehh, buat apa?” tanya Zia, padahal jantungnya sedang berdegup sangat kencang.

“bentar aja kok”

selekas itu, Zia menutup matanya dan tangannya di genggam oleh Fariz selama jalan.

Sampai akhirnya, Zia pun membuka matanya, dan terkejut, pipinya memerah seperti tomat, jantungnya berdetak tidak karuan, dan tersenyum tidak karuan.

“Zia, gua udah suka lo dari kelas 10, dan sekarang gua baru berani nembak lo, kalau gamau jawab sekarang juga gapapa ko” ucap Fariz di hadapan Zia, ia menatap mata Zia begitu dalam dan penuh arti.

Zia tersenyum, karena ia juga sudah sudah suka Fariz sejak kejadian hujan-hujanan bersama.

Fariz menunduk, Zia yang melihat itupun langsung mengangkat kepalanya dan mengangguk.

Fariz terkejut. “hah, lo nerima gua? nerima gua jadi pacar lo”

“iya riz, gue nerima lo” ucapnya dan lalu tersenyum manis

“AKHIRNYAAAA, GUAA JADIAN SAMA ZIAAAAA” teriak Fariz dan semua teman-temannya pun keluar dari tempat persembunyian.

“JIAKHHH JADIANN”, celetuk Abian

Semua teman-temannya ada disana, teman Fariz maupun Zia, mereka melihat momen bahagia tersebut.

dan pada akhirnya Fariz dan Zia bersatu, sebagai sepasang kekasih, yang akan selalu menjaga satu sama lain, menyayangi satu sama lain, dan mencintai satu sama lain.

“Gua bakal mencintai lo, sampai nanti tua nanti, jangan kemana-mana ya, selalu disisi gua Zia”

Soulmate #88

Suara sorakan terdengar sampai ruang kelas, GOR NEO sekarang penuh dengan beberapa murid sekolah dan juga sekolah luar.

“zii, duduk disana ayo”, ajak Naya dan diikuti oleh Zia.

akhirnya mereka berdua menemukan tempat yang tepat untuk menonton pertandingan futsal, dilihat dari tempat Zia duduk, para pemain futsal terlihat jelas, terutama Fariz.

Banyak sekali cewe-cewe yang mendukung tim futsal dari Neo, tetapi banyak sorakan untuk Fariz.

“YAAAA, INI ADALAH BABAK TERAKHIR YANG AKAN MENENTUKAN SIAPA YANG MENANG”

Pada babak terakhir, semua wajah penonton mulai serius, memperhatikan setiap gerakan tendangan bola, sampai akhirnya

GOLLLLL

Fariz menghasil mencetak gol, dan pada saat itu juga waktu telah habis, tandanya tim futsal Neo menang dengan score 13-10

semua orang besorak, terutama Zia, ia maju kedepan dan ikut bersorak.

“FARIZZZ, LO KERENNN” teriak Zia dan mengarahkan kedua jempolnya ke arah Fariz, sebagai tanda keren.

Fariz mendengar dan melihat itu, seketika ia tersenyum sendiri, dan tiba-tiba berjalan lemas sembari menghampiri teman-temannya.

“JIAKKHHHH, SI FARIZ SALTING DI BILANG KEREN” teriak Abian dari ujung lapang dan semua orang menatap kearah Fariz.

Zia pun tersenyum melihat itu, jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya, dan dia rasa, dia benar-benar jatuh cinta.

Soulmate #78

Fariz kembali ke tempat itu dengan membawa sekantong plastik putih, yang tidak tau isinya apa.

“izz, habisin makanannya”, seru Fariz, dan langsung diberi tatapan sinis oleh adiknya.

“sini kaka suapin, mau ga?”tawar Zia dan diangguki oleh adiknya Fariz.

Fariz memasang wajah kesal “bisa-bisanya tu anak menang banyak” batinnya.

setelah acara makan pecel lele selesai, mereka sedikit berbincang sebelum pulang, dan akhirnya mereka kembali ke mobil setelah Fariz membayar semua makanan.

“Abang, Faiz ngantukkk, gaada bantalllllll”

Zia yang melihat adiknya ingin tidur, langsung menawarkan dirinya untuk dijadikan bantal oleh Faiz.

“Faiz, sini dipangku sama kaka”, serunya dan langsung mengulurkan tangannya.

Faiz tertidur lelap dipangkuan Zia, dan setiap kali Zia mengusap kepala adiknya, Fariz selalu memperhatikannya diam-diam.

*“kenapa senyum-senyum?” tanya Zia dengan suara pelan

Fariz yang ketahuan memperhatikan Zia sedari tadi hanya bisa membalas pertanyaanya dengan senyuman manis.


Sebelum turun, Zia menggendong Faiz untuk dipindahkan di belakang, dan kembali kedepan mengambil tasnya.

“rizz, makasii yaa” ucap Zia sembari tersenyum

Fariz menjawab dengan anggukan dan tersenyum manis, dan ia sebelum pergi melambaikan tangannya sembari membunyikan klakson mobil sebanyak tiga kali.

Setelah mobil Fariz hilang dari pandangan Zia, ia masuk kedalam rumahnya.

“gua harus cepetan tembak Zia, sebelum diambil orang” ucap Fariz sembari mengemudi mobilnya ke arah jalan pulang.

Soulmate #74

Malam hari ini begitu cerah, fariz menatap dirinya dihadapan cermin, merapihkan kemejanya, dan menyemprotkan parfum diseluruh badannya.

“IZZZZ, GANTI BAJU CEPET”, teriak fariz dari tangga, sembari menuruni anak tangga satu persatu.

“mau kemana abanggg”

“makan pecel, buru ganti baju, kalau ngga abang tinggal”

selepas itu adiknya langsung berlari ke arah kamarnya, mengambil sebuah jaket berwarna biru dan langsung memakai nya.

mereka berdua keluar dari dalam rumah dan masuk ke dalam mobil, fariz menatap adiknya dengan penuh keraguan.

“iz, liat abang dulu”, yang di panggil pun langsung menoleh

“nanti jangan ngomong yang aneh-aneh ya depan temen abang, terus jangan bilang juga soal abang yang nyanyi malem-malem, awas aja kalau bilang abang turunin di jalan” ucapnya panjang lebar

faiz hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban, selekas itu mobil fariz pun pergi dari halaman rumah.


sebuah mobil pajero putih berhenti di depan sebuah rumah berwarna putih.

sedari tadi zia sudah menunggu fariz di halaman rumahnya, seharunya dia tidak usah terlalu cepat untuk menunggu, karena fariz juga belum memberi ia pesan chat kalau sudah berangkat.

“TINNN”

zia pun menoleh ke arah mobil putih yang berada di depan rumahnya, “siapa si, berisik amat”

“iz, pindah kebelakang, kursi depan buat temen abang”

“abang, kok temen abang lama, faiz laper”

“yealah, sabar bocah”

faiz pun turun dari mobil dan langsung berlari kearah pagar rumah zia.

“hehh, bocah mau kemana” fariz panik

faiz kembali ke arah mobil bersama zia di samping nya, “aduh, itu bocah ngapain nyamperin sih”

mereka berdua pun masuk kembali kedalam mobil, dan fariz menatap tajam kearah adiknya.

“riz, nunggu lama ga?”

“ngga ko, baru aja sampe”

dan fariz pun melajukan mobilnya, didalam mobil tidak ada percakapan, hanya ada suara musik dan juga adiknya yang bertanya-tanya kepada zia.

Empat Serangkai #37

sore pun menjelang malam, langit mendung sudah mulai turun hujan. rintik-rintik hujan membasahi pemuda yang sedang berlari menghindari segerombolan pria yang mengikutinya sedari tadi.

“sial, jalan buntu” umpat jero

saat ia berbalik badan segerombolan pria yang mengikutinya sedari tadi sudah berkumpul dan menghampiri jero secara perlahan.

“lu semua mau apa?” tanya jero

“nantangin ini anak” ucap salah satu dari mereka

saat jero akan melawan mereka ada suara sirine berbunyi, tetapi seperti sirine ambulan?

salah satu dari mereka pun berucap “suara apaan tuh” dan mereka semua pun ikut mendengarkan suara itu

suara sirine mobil polisi pun mulai terdengar seperti menghampiri mereka

“woiiii, cabut-cabut ada polisi” ucap segerombolan pria yang mulai berlarian pergi meninggalkan tempat itu

ada seseorang menghampirinya, dilihat dari postur tubuhnya seperti perempuan?

“HEHH LO” seru perempuan itu

“lo siapa?”

“lo gila atau gimana sih?!?”

“gue? gila?” jero mendengus dan menatap perempuan yang ada di hadapannya sekarang dari ujung kepala dengan rambut berwarna pirang sampai ujung kaki yang memakai sendal jepit berwarna biru, nih cewe yang gila kali?

“sinting beneran nih orang, lo pikir Jackie Chaan apa?! bisa ngelawan 5 orang sekaligus?? lo sadar ga sih lo tuh sendi, lo harus liat keaadan lo sebelum bertarung” omel perempuan itu panjang lebar

“gue bisa lawan mereka semua kalau aja tadi lu ga dateng kesini”*

“belagu nih orang, masih untung gue bantuin”

“gue ga butuh bantuan lu tadi”

“gue juga ga minta balas budi ke lo” ucap perempuan itu dan langsung pergi

“hei, lu siapa” teriak jero kepada perempuan tadi yang mebantunya

jero tidak bisa melihat jelas wajah perempuan tersebut karena hujan yang sangat deras, ia awalnya ingin berterimakasih tetapi perempuan itu terus mengomel.

jero pun langsung pergi dari tempat itu dan sepertinya ia menginjak sesuatu sebelum pergi

“gelang bulan?”

Empat Serangkai # 33

suara gemuruh hujan mulai menghiasi langit sore ini, fidel dan jero pun langsung pergi ke tempat yang mereka tuju.

“jer, ini dimana anjing???” tanya fidel sembari berteriak

“gatau, gue juga ngikutin maps”

mereka pergi menyelusuri jalanan yang penuh pohon-pohon tinggi disetiap jalannya, salah satu dari mereka sudah merasa tidak enak, karena sebentar lagi turun hujan tetapi mereka belum sampai di tempat tujuannya.

sampai akhirnya mereka pun sampai di jalanan besar, jalannya tidak ramai hanya ada beberapa mobil yang berlalu lalang.

jero pun menghentikan motornya tepat di sebuah gedung tua, gedung tersebut sepertinya sudah lama tidak dipakai, kerena terlihat dari luar gedung nya saja sudah kumuh.

“del, lu tunggu di motor aja, gue masuk sendiri”

“apa-apaan kaga ada masuk sendirian, gue temenin” protes fidel

“ga, lu tunggu disini atau nanti pulang gue tinggal”

fidel pun diam diatas motor, sembari menunggu temannya keluar gedung ia melihat ke sekitar jalanan yang sepi. lahhh itu motor kaya mantau gue deh?

ia menghiraukan motor tersebut dan sibuk bermain dengan ponselnya, sampai ia tak sadar beberapa motor dari kejauhan sedang menghampirinya.


“del, fidel” panggil jero, karena ia tidak melihat temannya sama sekali di depan gedung

jero pun mencoba menelpon fidel, namun panggilannya tidak berdering sepertinya fidel mematikan ponselnya.

jero pun menyelusuri jalanan sampai ada sebuah motor yang berlalu cepat sekali, ia langsung ingat kalau itu adalah motornya tetapi diikuti gerombolan geng motor di belakangnya

“JERRRRRR, LARIIII BODOHHHH” teriak fidel saat melewatinya

jero pun melihat kearah belakanng ternyata ada beberapa orang mengejarnya, ia pun langsung berlari

“sial, gue kenapa jadi kejar juga”

Empat Serangkai # 33

suara gemuruh hujan mulai menghiasi langit sore ini, fidel dan jero pun langsung pergi ke tempat yang mereka tuju.

“jer, ini dimana anjing???” tanya fidel sembari berteriak

“gatau, gue juga ngikutin maps”

mereka pergi menyelusuri jalanan yang penuh pohon-pohon tinggi disetiap jalannya, salah satu dari mereka sudah merasa tidak enak, karena sebentar lagi turun hujan tetapi mereka belum sampai di tempat tujuannya.

sampai akhirnya mereka pun sampai di jalanan besar, jalannya tidak ramai hanya ada beberapa mobil yang berlalu lalang.

jero pun menghentikan motornya tepat di sebuah gedung tua, gedung tersebut sepertinya sudah lama tidak dipakai, kerena terlihat dari luar gedung nya saja sudah kumuh.

“del, lu tunggu di motor aja, gue masuk sendiri”

“apa-apaan kaga ada masuk sendirian, gue temenin” protes fidel

“ga, lu tunggu disini atau nanti pulang gue tinggal”

fidel pun diam diatas motor, sembari menunggu temannya keluar gedung ia melihat ke sekitar jalanan yang sepi. lahhh itu motor kaya mantau gue deh?

ia menghiraukan motor tersebut dan sibuk bermain dengan ponselnya, sampai ia tak sadar beberapa motor dari kejauhan sedang menghampirinya.


“del, fidel” panggil jero, karena ia tidak melihat temannya sama sekali di depan gedung

jero pun mencoba menelpon fidel, namun panggilannya tidak berdering sepertinya fidel mematikan ponselnya.

jero pun menyelusuri jalanan sampai ada sebuah motor yang berlalu cepat sekali, ia langsung ingat kalau itu adalah motornya tetapi diikuti gerombolan geng motor di belakangnya

“JERRRRRR, LARIIII BODOHHHH” teriak fidel saat melewatinya

jero pun melihat kearah belakanng ternyata ada beberapa orang mengejarnya, ia pun langsung berlari

“sial, gue kenapa jadi kejar juga”

Empat Serangkai # 12

“halo brodi”, sapa fidel kepada teman-temannya dan ikut bergabung duduk disamping temannya

“lu apa kabar del”

“wihhh bule, kita satu sekolah lagi”, ujar fidel sembari tertawa

“bule-bule aja lu dari sd”.

“ehh, itu sapa samping lo pal, diem aja”, tanya fidel sembari memperhatikan teman satunya

“ohh, halo gue juan” ucapnya singkat

“buset, dingin amat lo ju”

“halah dingin-dingin kalau udah kenal ke barongsai tuh si juan” balas ripal sembari menyikut tangan juan

juan hanya tersenyum kikuk dan tertawa hambar


mereka pun memasuki kelasnya masing-masing, juan sekelas dengan rifal jurusan ipa berbeda dengan fidel dan jero mereka adalah anak ips.

“tolong semuanya jangan ribut, saya akan pergi ke ruang guru, kerjakan tugas yang saya berikan.”

“jer, nomor hp lo berapa?”

“buat apaan?”

“bagi aja cepet”

jero pun menyodorkan hpnya kepada fidel, dan fidel langsung mengetik nomor hpnya.

“oke brodi, acc tuh gc nya”

Empat Serangkai #7

kisah ini dimulai dari hari ini, hari dimana mereka akan menemukan sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak akan pernah mereka lupakan.

semua murid mulai berlarian untuk masuk kedalam sekolah, dikarenakan pintu pagar sekolah akan ditutup. berbeda dengan fidel, ia masih santai merapikan bajunya dan sepatunya diluar pagar sekolah.

“pak, izinin saya masuk dong”. ujar fidel sembari melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada kakak kelas yang melihat ia kesiangan.

“kamu itu, hari pertama sekolah bukannya bangun pagi malah kesiangan”, balas pak satpam sekolah sembari melihat fidel dari atas sambai bawah, ini anak sekolah kok warna rambutnya coklat?

“pak, bukaiin aja pagernya, kamu ikut saya ke dalam”.

'mampus gue ketahuan', gumam fidel


“kalian semua hari pertama sekolah aja udah kesiangan, niat sekolah ga??”

“kamu, yang pake tas merah, maju kedepan”

“kenapa kak”, ucap fidel didepan semua orang, lahh si rifal kesiangan juga kok ga disuruh maju juga?

“liat semuanya teman kalian, rambut warna cokelat, dateng kesiangan, niat sekolah ga?”.

“niat lah”.

“siapa suruh kamu bicara?”

“siap salah kak”

“semua yang kesiangan lari 5 putaran lapangan, untuk kamu yang pake tas merah 10 putaran, cepat lari!”

semua murid yang kesiangan pun berlari, fidel berlari dengan wajah yang penuh kekesalan, bisa-bisanya dia saja yang lari 10 putaran.

“del, asem banget tuh muka”, teriak rifal dari pinggir lapangan yang ditemani 2 orang teman

“berisik lo”

fidel berlari sampai kegiatan mpls (masa pengenalan lingkungan sekolah) selesai.

Soulmate #60

setelah membaca pesan dari fariz ia pun langsung mengambil tas nya dan langsung pergi menghampiri fariz.

“hai, udah lama?” tanya zia sembari tersenyum

“hai, ngga ko ini baru dateng” balas fariz sembari memberikan helm kepada sang gadis

mereka berdua pun berangkat, keeadan mereka berdua sangat canggung tidak ada yang berbica, hanya ada suara jalanan yang menemani perjalanan mereka.

“zia, lo udah sarapan belum?” tanya fariz sembari melihat kearah spion motor

“hahhh, lo mau beli papan? buat apaa anjir” tanya zia tertawa, asal zia tau fariz bukan menanyakan hal itu

sang lelaki itu tertawa dan melepas satu tangannya mengelus lutut zia dari belakang

“gue bukan nanya itu zia haha, gue nanya lo udah sarapan?” tanya fariz kembali dengan tawaan

“mampus lo zia salah denger, mana jauh lagi papan ke sarapan” ucap zia dalam hati dengan sembraut wajah memerah

“ehhh soriii ga kedengeran, gue belum sarapan lo udah?” tanya zia sembari senyum menahan malu

“belum, kita sarapan dulu ya” ucap fariz sembari melihat kearah spion motor

mereka berdua pun mencari tempat sarapan, sampai akhirnya sang lelaki pun memarkirkan motornya

sebelum turun dari motor fariz mengarahkan tanganya kepada zia dari belakang untuk zia turun, karena fariz rasa zia butuh bantuan karena ia menggunakan rok span dan menaiki motornya yang besar

“buu, buburnya 2 yang satu gapake kacang ya” ucap zia dan kembali duduk disebelah fariz

“lahh lo gasuka kacang?” tanya fariz

“iya, rasanya aneh” jawab zia dengan raut wajah ketidaksukaan terhadap kacang

pesanan bubur mereka pun datang dan mereka mulai memakannya

“ehhh lo tim aduk juga??” tanya zia exited

“iya, soalnya gaenak kalau ga diaduk” balas fariz sembari menyuapkan bubur kedalam mulutnya

mereka pun menghabiskan buburnya dan membayar setelah itu pergi kesekolah

“pulangnya bareng ya?” ucap fariz sebelum masuk kedalam sekolah

“ngga ah ngerepotin”ucap zia

“ngga ngerepotin ko, orang lagi pdkt” ucap fariz sembari menaikkan alisnya dan pergi masuk kedalam sekolah

“mampus masih pagi ini udah baper” gumam zia